(Unila): Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM Unila) menyelenggarakan Latihan Kepemimpinan Manajemen Mahasiswa Tingkat Menengah Seluruh Indonesia (LKMM-TM SI) sebagai salah satu rangkaian pelaksanaan deklarasi pemuda kader revolusi mental Indonesia 2015. Kegiatan dihelat di Auditorium Perpustakaan kampus setempat hingga 12 April mendatang.

Ketua pelaksana LKMM-TM SI BEM Unila BJ Sedy Pratama mengatakan, di hari pertama 60 peserta dari 30 perwakilan mahasiswa di delapan perguruan tinggi seluruh Indonesia ini dibekali wawasan mengenai pentingnya menjalin hubungan baik dengan media massa.

Program itu memang diperuntukkan bagi para mahasiswa yang berjiwa kritis tapi juga memahami fungsi dan kinerja media massa. Diakuinya, dengan memposisikan para mahasiswa peduli dan tidak alergi pada media massa bertujuan membentuk jiwa kepemimpinan dengan pola pikir terbuka dengan segala bentuk informasi yang diberitakan media.

Hal ini juga memicu para mahasiswa dalam memaknai dan menyikapi revolusi mental. Harapannya, kata dia, para mahasiswa lebih peka dalam menyelesaikan berbagai masalah negara dengan tindakan nyata. “Langkah itu bisa dilanjutkan dengan menyikapi segala bentuk informasi di heterogemoninya media yang memiliki ideologi redaksi masing-masing,” katanya.

Tak hanya itu melalui pendidikan dan latihan (diklat), para mahasiswa dapat mengetahui tipikal jenis media yang jelas maupun hanya ditunggani oleh kepentingan oknum-oknum tertentu. Sehingga para mahasiswa harus benar-benar selektif memilih media massa yang memiliki independensi dan kredibilitas tinggi.

Sedy menambahkan, akses media kini sudah masuk hingga tingkat terdalam perdesaan. Sehingga penyebaran informasi menjadi hal sentral dan sensitif, terutama yang menyangkut berbagai kasus pribadi, golongan, maupun kelompok tertentu.

Melalui diklat ini para mahasiswa juga harus cerdas memilih media yang terus memperjuangkan gerakan luhur mahasiswa demi mewujudkan Indonesia yang lebih baik. “Para mahasiswa harus pintar dan bijak mengkaji pemberitaan media massa, terutama yang diteruskan dalam bentuk aksi baik di dalam kampus maupun di tengah masyarakat. Jangan langsung ditelan mentah-mentah,” pungkasnya.[]