(Unila): Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Universitas Lampung (LP3M Unila) kembali mengadakan Pelatihan Peningkatan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional (Pekerti), Senin (11/09/2017). Kali ini peserta merupakan dosen non-PNS di lingkungan Universitas Lampung.

Pelatihan yang diselenggarakan di ruang sidang lantai IV Rektorat ini dibuka oleh Rektor Unila Prof. Hasriadi Mat Akin sekaligus sebagai pemateri awal. Kegiatan akan berlangsung selama 5 hari, mulai Senin (11/09/2017) sampai dengan Jumat (15/09/2017).

Ketua pelaksana kegiatan Prof. Murhadi mengatakan, awalnya kegiatan diikuti oleh peserta 30 orang namun bertambah 6 orang, sehingga total kegiatan ini diikuti oleh 36 dosen non-PNS di delapan fakultas Universitas Lampung.

Selama lima hari, peserta akan mendapatkan beragam materi yang salah satunya disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Prof. Bujang Rahman. Selain itu pemateri dan fasilitator lainnya berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) yaitu Dr. Herpratiwi, M.Pd., Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., Dr. Pujiati, M.Pd., Dr. Abdurrahman, M.Si., Dr. Sunyono, M.Si., Dr. Lilik Sabdaningtyas, M.Pd., Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., Dr. Riswanti Rini, M.Si., Agus Trisanto, Ph.D., Prof. Lindrianasari, dan Dr. Tuntun Sinaga.

Menurut Murhadi, kegiatan ini sangat penting bagi Universitas Lampung terutama bagi dosen. Pelatihan ini diharapkan dapat menghasilkan kualitas terbaik untuk dosen-dosen Unila.

Karena itu selain diperketat dengan absensi dan tugas-tugas, pelatihan Pekerti ini wajib diikuti para peserta dengan sungguh-sungguh agar kualitasnya terjaga. “Nantinya serfikat pelatihan ini bisa digunakan sebagai salah satu syarat utama sertifikasi dosen.”

Dalam penyampaian materinya Rektor mengungkapkan, jika dilihat dari hakikatnya menurut para ahli, universitas adalah sumber ilmu dan tempat membentuk manusia (humanism). Dilihat dari hal tersebut berarti perguruan tinggi sebagai tempat untuk menghasilkan ilmu, hal itu dapat diperkaya melalui riset.

Di sisi lain, universitas juga sebagai wadah transformasi membentuk manusia, di mana kita menghasilkan sumberdaya manusia berkualitas. Dalam perguruan tinggi, ilmu dan teknologi dapat menyejahterahkan masyarakat di mana universitas juga melakukan kewajiban tridharma.

Jika dilihat dari tugasnya guru dan dosen jelas sangat berbeda. Guru tugasnya hanya melakukan pembelajaran sedangkan dosen harus mengembangkan ilmu. Sebagai dosen lulusan S2 memunyai tugas untuk mengembangkan penelitian dan mengembangkan ilmu. Tidak semua dosen memiliki lulusan dari S2 FKIP di mana sudah mendapat bekal mengenai Pekerti ini namun lulusan pascasarjana dari fakultas lain harus mengikuti pekerti ini karena ada ilmu dan ada teknik untuk menyampaikan pembelajaran saat di depan kelas.

Semakin maju teknologi, dosen tidak lagi sebagai satu-satunya sumber ilmu karena sebagus apapun power point yang dosen buat, lebih menarik yang ada di dunia maya. Oleh karena itu, saat ini dosen berfungsi sebagai fasilitator untuk mahasiswanya dalam menyampaikan ilmu.

Unila juga secara konsisten bertransformasi menjadi research university. Walaupun saat ini masih dalam teaching university bukan berarti tidak ada riset, karena penelitian dan pembelajaran sama penting dan saling memerkaya.

Kalau dosen ikut meneliti berarti ia mengaktifkan ilmunya, karena riset S2 tidak sama dengan S1, di mana riset S2 dapat dipublikasikan namun S1 dalam skripsi hanya proses memecahkan masalah, meneliti, dan jika beruntung dapat dipublikasikan. “Maka dar itu dalam hal ini semua dosen harus berkontribusi secara alamiah,” ungkap Hasriadi.

Ia berharap, para peserta selesai mengikuti pelatihan Pekerti dapat menjadi dosen profesional karena percuma pintar jika tidak mampu menyampaikan ilmunya kepada mahasiswanya.[Dwi_Inay/Humas]