(Unila) : Pada dasarnya, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung (FEB Unila) tidak boleh cepat bangga dengan telah diraihnya sertifikat ISO untuk pelayanan prima. Semua ini harus terus dipertahankan untuk kepentingan lembaga, karena proses mendapatkannya juga tidak mudah.
“Pihak kami sempat menunggu selama empat bulan untuk mendapatkan sertifikat tersebut. Maka penantian panjang itu tidak boleh disia-siakan dan terlena, semua harus dipertahankan, itu sebenarnya inti dari pelayanan prima dan bermutu,” ungkap Dekan FEB Prof. Satria Bangsawan saat ditemui di ruang kerjanya medio Juni.
Maka, guna menjaga semua kualitas yang sudah ada itu, FEB mengadakan semacam ‘reward dan punishment’. “Kami mengadakan pemilihan karyawan, dosen, dan mahasiswa terbaik. Kemudian ada pemilihan gedung jurusan terbaik, sekretariat unit kegiatan mahasiswa (UKM) terbaik, dan lain-lain. Tujuannya jelas untuk memotivasi semua stakeholder FEB agar berupaya lebih baik dan meningkatkan kemampuan soft skill mahasiswa dan alumninya,” papar Satria kemudian.
Selain itu, FEB kini telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang cukup menunjang proses pembelajaran di fakultasnya. FEB kini memiliki Laboratorium Soft Skill, Pojok Bursa, hingga Bank Mini. Perkuliahan juga menggunakan metode active learning. Semua fasilitas tersebut dibuat untuk mengasah kemampuan soft skill yang juga dibutuhkan dunia kerja, selain kemampuan akademik (hard skill).
“Lab Soft Skill contohnya, fasilitas ini bisa digunakan mahasiswa untuk mencari data-data lama dan terbaru yang dibutuhkan untuk menunjang perkuliahan. Mahasiswa yang meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) hingga 3,9 nantinya akan diberi sertifikat internasional, supaya mudah mencari kerja di luar negeri,” tukasnya lagi.
Satria mengungkapkan, semua dana yang digunakan untuk mendukung terlaksananya sistem standar ISO ini dioptimalkan dari dana fakultas sendiri. Jadi, menurutnya seluruh fakultas di Unila sebenarnya bisa mengupayakan meraih sertifikat ISO ini, “Karena pembiayaan yang digunakan tidak terlalu besar.”
Namun, jika ingin berubah, semua butuh komitmen semua stakeholder di masing-masing fakultas. “Semua (karyawan, dosen, dan mahasiswa) sebenarnya mau berubah lebih baik, namun banyak yang belum tahu bagaimana caranya,” tutur Satria. FEB juga tidak hanya berhenti menjadikan mahasiswanya lebih berkualitas setelah lulus (wisuda).
“Proses penerapan Tridharma perguruan tinggi tidak berhenti sampai di situ. Sebelum wisuda (jadi alumni), selama tiga hari para calon wisudawan FEB itu diberi materi khusus dan kiat bagaimana mencari dan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri,” tuturnya.
FEB juga mencoba menguatkan jejaring alumninya agar rasa memilikinya semakin kuat. Sebelum mengikuti wisuda bersama di Gedung Serba Guna (GSG) Unila, FEB mengadakan yudisium sendiri di fakultasnya.[] Andro